Anniversary ♥

Daisypath Anniversary tickers

Senin, 17 Desember 2012

Seucap tentang Pernikahan..

Kali ini aku mau sharing soal pemikiran-ku ya, boleh? :D
awalnya karena banyak banget pertanyaan ke aku tentang "emang udah yakin?" ,"kok cepet2 nikah sih?" dan berbagai pertanyaan serupa serumpi..
♥ this quotes, create your own idea at http://www.iloveheartstudio.com/?source=kcs
Hmm..dulu, saat aku di posisi mereka pun, aku ‘refleks’ bertanya hal yang sama temenku yang menikah di usia yang terbilang muda menurut aku..sekitar umur 21 saat itu.. dimana aku masih berjuang untuk lulus kuliah, masih doyan main-main sama temen2. Dan berbanding terbalik melihat temanku yang lagi sibuk mempersiapkan pernikahannya..
memang sih, kalo diliat calon pria-nya bisa dikatakan mapan, dan siap lahir bathin untuk menikah. tapi tetep aja pertanyaan2 "kenapa", "kok bisa" dan lainnya terus ngalir, hehe
belum lagi melihat gimana temanku sedang sibuknya mengurus buah hatinya, menunda bekerja di usianya yang muda sampai rela jadi ibu rumah tangga setelah wisuda..

Daan sekaraaaang.. aku berada di posisi yang sama, di posisi temanku tersebut walaupuuun ga memutuskan jadi ibu rumah tangga, hehe
maka aku pun punya sudut pandang yang berbeda lagi ;)

Saat kuliah, aku seperti anak kebanyakan (rasanya).. kuliah, main bersama teman, kumpul bersama keluarga, atau pacaran.. walaupun pada akhirnya aku lebih memilih untuk fokus kuliah dan kerja paruh waktu, tapi aku tetap  menikmati hal itu.. planning aku saat itu (rasanya – again.) sudah sempurna dan rapih. Lulus kuliah, aku ingin bekerja sekitar 2-3 tahun, mengambil S2, lalu menikah (jika sudah berjodoh).. dan tentunya tetap menjadi wanita karir setelah menikah.. yaaah standard, tapi aku menyusunnya berdasar skala prioritas sendiri (saat itu).

Semua rencanaku masih tetap pada jalurnya sampai melamar pekerjaan, tapi kemudian berubah beberapa bulan berselang, semenjak aku menjalin hubungan dengan Mr. I di kantor..
Aku memang punya tekad untuk mempunyai hubungan yang serius, tidak hanya sekedar pacaran..yaah singkatnya, mencari calon Imam untuk keluarga aku nantinya.. tapi tidak pernah terpikir akan secepat itu sih..

Awalnya sempat takut, karena aku paham sekali, saat itu (sampai saat ini sih, hehe) aku masih ingin menikmati dunia kerja yang baru aku masuki.. Aku juga masih terlalu senang berada di sekeliling teman-teman.. dan  khawatir, aku belum bisa berbagi waktu antara pekerjaan, keluarga, teman dan pacar.. tapi aku salut dengan semua pemikiran Mr. I yang akhirnya merubah sudut pandang aku.. kedewasaannya, membuat aku yakin, bahwa hubungan kami bukan sesuatu yang harus ditakuti untuk dimulai..

Kalau ditanya yang membuat aku yakin itu apa, aku akan jawab : Mr. I dan orangtua aku.. yah karena kalau saat itu aku bertemu dengan orang lain, mungkin aku tidak akan seyakin ini untuk menikah.. Pribadi dan pemikiran Mr. I – lah yang  membuat aku yakin.. lalu, orangtua aku, Tidak ada yang bisa menandingi feeling orangtua..
Naluri seorang Ibu itu ibaratnya sarat akan doa dan restu, maka aku yakin sepenuhnya dengan apa yang Ibu-ku bilang baik untuk aku.. kakak perempuanku juga tidak kalah kuat firasatnya, sejatinya dialah yang pernah merasakan pernikahan, memilih pasangan hidup untuk berumah tangga dengan pria yang seperti apa..

Dan, kenapa cepat sekali prosesnya? karena menurut Mr. I, untuk apalagi ditunda kalau hanya akan menimbulkan fitnah? Dan kedua keluarga kami pun sudah terlihat cocok dan tanpa hambatan saat proses perkenalan.. jadiii..BISMILLAH saja! Hihi.. Apalagi si Nadine sudah cukup pantes punya temen bermain dirumah.. hehe..

kalo di flash-back ke belakang, sebenernya Mr. I diluar standar type aku, *ups maksudnya bukan sombong nih. Tapi secara Physicly aku menyukai pria yang bertubuh subur dan tidak berambut cepak.
untuk characteristic, terkadang Mr.I terlalu cuek dan sedikit panikan.

Tapii..kalau terus dicari pasangan yang cocok dan klop 100%, yah ga akan pernah ada habisnya.. mau ini dan itu, harus bisa ini itu, pengen-nya yang begini begitu..tapi nantinya di saat kita di usia tertentu, akan ada masanya semua kriteria yang kita jabarkan mengenai pasangan ideal hanya akan tersisa 2-3 kriteria.. entah pasrah atau kepepet..hehe
Tapi yah sifat dasar manusia tidak pernah puas, harus diimbangi dengan sifat lainnya : pengertian..
Mengerti dan paham bahwa kita harus berusaha menyesuaikan apa-apa yang tidak sesuai agar semuanya baik bagi semuanya.. Kita sendiri, pasangan, keluarga dan terutama anak-anak kita nantinya..

Kalau aku, merangkum semua kriteria yang aku inginkan dan beririsan dengan pribadi Mr. I : menjadikan aku pribadi yang lebih baik dan berfikir positif.. yah sepertinya sesederhana itu yang aku peroleh dari hubunganku dengan Mr. I.. Jika tidak demikian, mungkin aku tidak ada di titik ini.. walaupun di dalamnya, banyak A-Z proses yang kami lewati..
Mengenai terlalu cepat menikah, bagi aku akhirnya tergantung individu masing-masing.. seberapa cepat bagi siapa? Bagi mereka yang sudah mapan misalnya, menikah mungkin tujuan berikutnya setelah karir.. Atau bagi mereka yang memang ingin menikah muda, yah mungkin lulus SMA atau kuliah lalu menikah, tidak terbilang cepat.. Jadi, terlalu cepat bagi siapa sebenarnya yang menjadi masalah?
Tapi bukan berarti aku menyudutkan prioritas orang lain, yang menjadikan pernikahan ada di list nomor sekian mereka.. Been there! aku pun sekarang harus menyusun ulang kembali skala prioritas-ku dalam hidup.. dan tentunya, S2 tetap aku masukkan di antaranya, walaupun sekarang telah bergeser :D

Intinya, jangan pernah takut dan mempertanyakan "aku ini kemana saja?", saat melihat teman-teman kita banyak yang telah menikah dan mempunyai anak.. Semua ada masanya, yang diperlukan itu keikhlasan.. Ikhlas saat harus sedikit menurunkan ambisi pekerjaan dan memulai membagi waktu ‘mencari’ pasangan hidup misalnya.. Atau ikhlas, saat yang ditemukan, adalah pasangan yang tidak 100% sesuai keinginan, namun kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik saat bersama dia.. Oia, lebih banyak toleransi! Sama diri sendiri, pasangan dan keluarga! Yang terberat adalah toleran sama ego diri sendiri.. Karena apa-apa yang diinginkan pasti lebih banyak yang subjektif jatuhnya..

Dan kalau sudah ada di titik persiapan seperti sekarang, kata orang, pasti banyak ‘setan’ yang bikin kita mempertanyakan lagi keputusan kita..  Bagi aku, selama itu bukan dari faktor orang tua dan keimanan, aku rasa itu hanya ‘bumbu’ kecil.. jadi enjoy aja yaaa teman-temaan.. ☺ Bismillah, doa, sholat, dan tawakal, Insya Allah kalau memang ada yang ‘salah’ sama keputusan kita, pasti ada aja hambatan besar yang tidak bisa ditolerir.. asaaall, jangan hal-hal kecil dibesar-besarkan yaaa.. ☺
Hmm kira-kira demikian pemikiran aku..maap yee kalo nulisnya kesana kemari..jelas gak jelas..anggep aja jelas deh yaaaa :p

kembali ke persiapan  lamaran duluuu...yuk mariiiiiii.......

L

Tidak ada komentar: